tag:blogger.com,1999:blog-63108724336267278682024-03-13T12:58:11.519-07:00Blogger IslamUnknownnoreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-6310872433626727868.post-8080852367014700362018-08-08T08:43:00.002-07:002018-08-08T08:43:14.983-07:00Toleransi Terhadap Natal Menurut Ustadz Felix Siauw<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
Ustadz Felix Siauw adalah salah satu Ustadz yang istiqomah mendakwahkan Islam secara kaffah. Dengan dakwahnya yang dikenal berbagai kalangan khususnya remaja, Ustadz Felix dikenal santun, cerdas dan argumentatif dalam<a href="https://www.zonaindonesianews.com/"> menyampaikan dakwahnya sehingga mud</a>ah untuk dipahami.
<br />
<br />
Berikut adalah cuitan beliau dalam mengisahkan perjalanan hidupnya yang membuatnya kembali ke Islam:<br />
<br />
<ol style="text-align: left;">
<li>Walau masih berbeda aqidah dgn kedua orangtua | Alhamdulillah saya dikaruniai kemudahan dlm keluarga.</li>
<li>Di Tahun 2002, saya menjadi Muslim setelah 18 tahun merayakan Natal | Banyak yang berubah setelah saya memahami agama Islam. </li>
<li>Proses berpikir yg mengantarkan saya pada Islam | Agama logis yang bisa memuaskan akal, menenangkan hati, dan sesuai fitrah.</li>
<li>Prinsip tauhid di dlm Islam itu sederhana dan mengena | Prinsip Satu Tuhan itu menenangkan dan menentramkan.</li>
<li>Setelah menjadi seorang Muslim tentu banyak penyesuaian yg hrs saya lakukan | Aqidah Islam tentu mengubah banyak prinsip hidup.</li>
<li>Salah satu prinsip yg terpenting adalah penjagaan terhadap aqidah | Pengakuan bahwa Allah itu Satu dan tiada yang menyamai-Nya. </li>
<li>Saya memasuki Islam sekira bln Oktober 2002 | Maka ujian pertama ada di bulan Desember 2002 saat perayaan Natal keluarga. </li>
<li>Sulit sekali pada waktu itu utk menyampaikan pada orangtua, saya sudah menjadi seorang Muslim | Apalagi menjelaskan tentang Natal. </li>
<li>Terbayang sudah selaksa bantahan dan omelan yg bakal diterima | Apalagi menjelaskan bahwa saya tidak lagi ikut-ikutan Natalan. </li>
<li>Hanya saja saya tahu persis apa itu Natal | Bagi kaum Nasrani itu perayaan terbesar yaitu kelahiran Yesus, Tuhan Juru selamat. </li>
<li>Maka perayaan Natal itu bagi saya memiliki konsekuensi aqidah | Yang takkan pernah saya sampaikan selamat padanya apalagi saya ikuti. </li>
<li><a href="https://www.zonaindonesianews.com/" target="_blank">Terbayang lagi respon yg saya terima nantinya?, dimarahi? diamuk? diusir? | Bagaimanapun juga ini prinsip aqidah yang harus sampai. </a></li>
<li><a href="https://www.zonaindonesianews.com/" target="_blank">Benar saja, orangtua saya tentu tidak terima | Dgn perdebatan alot 3 hari akhirnya ke-Islam-an saya bisa mendapat tempat. </a></li>
<li><a href="https://www.zonaindonesianews.com/" target="_blank">Saat itu ayah saya berucap | “Papi tidak bisa melarang kamu Muslim, tapi Papi juga tidak bisa menerima kamu Muslim”. </a></li>
<li><a href="https://www.zonaindonesianews.com/" target="_blank">Sementara isak tangis ibu saya</a> menjadi latar diskusi alot kita sepanjang 3 hari | Hati anak mana yang tak sedih melihat airmata ibunya?. </li>
<li>Tapi sekali lagi ini adalah aqidah yang tidak bisa ditawar | Saya menguatkan hati sambil mengingat perjuangan Saad bin Abi Waqqash. </li>
<li>Saya hanya berharap pada Allah bila saya bertahan dengan aqidah ini | Allah memperkenankan suatu saat kelak ayah-ibu saya Muslim. </li>
<li>Namun ada hal yang benar-benar sulit mereka terima | “Mengapa juga tidak boleh hanya sekadar mengucap Natal atau ikut merayakan?”. </li>
<li>Saya pahami cara pikir orangtua saya tentu tidak sama dengan apa yang saya pahami | Menjelaskan prinsip aqidah bukan mudah. </li>
<li>Bagi mereka “Selamat Natal” itu cuma sekedar ucapan | Bagi saya kata-kata “cuma” itu seringkali hasutan setan yg paling laris manis. </li>
<li>Walau “cuma” ucapan selamat | Saya tidak ingin mengingkari keyakinan utama bahwa Allah itu Satu dan tiada yang bersekutu dengan-Nya. </li>
<li>Dengan berat hati dan kelu lidah karena beratnya amanah ini | Saya mencoba menjelaskan pada kedua orangtua saya. </li>
<li>“Islam itu sangat menghormati Yesus (Isa) | Namun kami memuliakannya sebagai Nabi bukan sebagai Tuhan”. </li>
<li>“Isa Ibnu Maryam disebut lebih banyak dari Muhammad di dalam Al-Qur’an | Namun kami tidak bisa menerima bahwa dia dianggap Tuhan”. </li>
<li>“Sedang ibunya Maryam itu wanita terbaik di dunia tersebab kesuciannya | Namun kami tidak bisa menganggapnya ibunda dari Tuhan”. </li>
<li>“Sedang kelahiran dari Isa Ibnu Maryam tertulis mulia di dalam Al-Qur’an | Dan keselamatan padanya selalu sepanjang masa” </li>
<li>“Dan salam dilimpahkan kepadaku, pada hari aku lahir, pada hari aku wafat dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (Qur’an Surat 19:33). </li>
<li>“Kami menghormati Isa sebagaimana kami memuliakan ibunya | Juga keluarga Imran, Daud, Musa, dan Ibrahim”. </li>
<li>“Sulit kami merayakan atau mengucapkan yang dianggap sebagai hari lahir (natal) Tuhan Yesus (Isa) | Tidak mampu kami menyelisihi Isa” </li>
<li>Sedang Isa bin Maryam berpesan | “Sungguh aku ini hamba Allah, Dia memberiku AlKitab (Injil) dan Dia menjadikan aku Nabi” (QS 19:30). </li>
<li>Amanah sudah kami sampaikan bahwa kami tidak bisa ikuti perayaan Natal | Tidak juga mengucap “Selamat Natal” pada satu hal yang batil. </li>
<li>Kami mengakui dan memberi salam pada kelahiran Isa Ibnu Maryam Sang Nabi yang disucikan | Bukan salam pada hari kelahiran Tuhan. </li>
<li><a href="https://www.zonaindonesianews.com/" target="_blank">Begitulah saya jelaskan dengan baik | Dengan perkataan lembut lagi menghormati kedua orangtua sebagaimana perintah Allah. </a></li>
<li><a href="https://www.zonaindonesianews.com/" target="_blank">Alhamdulillah, sampai saat ini mereka memahami dengan baik | Bahwa toleransi Muslim adalah membiarkan perayaan mereka. </a></li>
<li><a href="https://www.zonaindonesianews.com/" target="_blank">Alhamdulillah pula mereka melihat perubahan saya setelah menjadi Muslim | yg tentu lebih menghargai, menyayangi, menghormati orangtua. </a></li>
<li><a href="https://www.zonaindonesianews.com/" target="_blank">Tiada kebencian pada orang non Islam | Justru karena sayang kita ingin mengajak mereka menuju cahaya Islam termasu</a>k orangtua saya. </li>
<li>Tidak pernah hubungan saya-ayah, saya-ibu lebih baik dari hari ini bercanda bergurau, berkisah | Tak pernah ada ini sebelum Muslim. </li>
<li>Islam mengajarkan saya menghormati dan memuliakan orangtua sepenuh jiwa | Maka tak pernah ada cerita mereka protes tentang toleransi. </li>
<li>Karena orangtua saya tahu persis hanya karena Islam saya bisa berkasih dengan mereka | Allah yang ajarkan saya menyayangi kedua orangtua. </li>
<li>Alhamdulillah, Allah memudahkan saya menjaga aqidah saya | Bukan terombang-ambing tak jelas atas alasan toleransi. </li>
<li>Bila kita selalu baik pergaulannya setiap saat pada saudara kita non-Muslim | tidak mengucap Selamat Natal tak menjadi soalan dan masalah. </li>
<li>Alhamdulillah Allah sudah menunjuki kita Islam | Mudah-mudahan kita selalu menjaganya | wallahua’lam</li>
</ol>
<br />
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0